Selasa, 30 Oktober 2012

KISAH NABI MUSA MEMUKUL ORANG QIBTY


Maka ketika Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya itu berkata, "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia ? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini, dan tiada kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.
Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata, "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang dirimu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah dari kota ini sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu."
Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dan ia berdoa, "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu."
Dan ketika Musa menghadap ke jurusan negeri Madyan, ia berdoa, "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar." Dan ketika sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, "Apakah maksud kalian dengan berbuat begitu ?" Kedua wanita itu menjawab, "Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya."
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya, kemudian ia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku." (Al Qashash 18-24)
Allah Subhanahu wa ta 'ala memberitahukan bahwa Musa 'alaihissalam merasa benar-benar takut berada di Mesir, yaitu dari Fir'aun dan bala tentaranya, karena ia khawatir mereka mengatahui bahwa pembunuh si Qibthi itu adalah dirinya. Padahal sebenarnya, pembunuhan itu dilakukan adalah untuk membela orang yang berasal dari Bani Israil tersebut, sehingga hal itu akan memperkuat perkiraan mereka bahwa Musa memang merupakan bagian dari mereka, dan pasti hal itu hanya akan mengakibat munculnya permasalahan yang sangat besar.
Maka pada pagi-pagi buta hari itu, Musa 'alaihissalam berangkat menuju kota, "Merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya)," yaitu sambil menoleh ke sana ke mari. Nah pada saat itulah orang Israil yang kemarin meminta tolong kepadanya itu berteriak lagi meminta pertolongan dalam melawan orang yang telah menyerangnya. Maka Musa 'alaihissalam mencela dan memakinya atas banyaknya perbuatan jahatnya dan tindakannya membuat keonaran. Maka Musa berkata kepadanya, "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya). " Kemudian ketika orang Qibthi itu, yang merupakan musuh Musa dan musuh bani Israil, hendak menyerangnya, maka Musa menahan dan menyelamatkan si Israil itu darinya. Ketika Musa menghadap ke orang Qibthi itu, maka orang Qibthi itu "Berkata, 'Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia ? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini, dan tiada kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.'"
Sebagian ulama mengatakan, ucapan tersebut dilontarkan oleh orang Israil yang mengetahui apa yang telah dilakukan Musa kemarin. Seakan-akan ketika ia menyaksikan Musa menghadap ke arah orang Qibthi itu, orang Israil itu yakin bahwa Musa akan menyerangnya. Maka ia mengatakan hal tersebut di atas sembari memberitahukan apa yang telah diperbuat oleh terhadap orang Qibthi sebelumnya. Kemudian orang Qibthi itu pun pergi. Lalu Fir'aun mencari Musa untuk membuat perhitungan.
Mungkin juga yang melontarkan ucapan tersebut adalah orang Qibthi tersebut, di mana ketika ia melihat Musa menghadap ke arahnya, maka ia merasa takut darinya. la pun melihat adanya sikap dukungan dan pembelaan yang dimiliki Musa untuk Bani Israil. Lalu dengan menduga-duga, orang Qibthi itu mengatakan, "Bahwa mungkin ia inilah pembunuh orang Qibthi kemarin." Atau mungkin saja dari teriakan orang Israil di atas, orang Qibthi itu mengerti bahwa ia itulah pembunuhnya. Wallahu a 'lam.
Maksudnya, Fir'aun mendengar laporan bahwa Musa 'alaihissalam adalah pembunuh orang Qibthi kemarin. Lalu ia mengutus beberapa orang untuk mencarinya. Tetapi mereka didahului oleh seorang pemberi nasihat yang mempunyai jarak lebih dekat dengan Musa, di mana orang itu berkata kepada Musa, "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang dirimu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah," yaitu dari kota ini. "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu." Yaitu atas apa yang telah kukatakan kepadamu.
Allah Azza wa Jalla berfirman, "Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, " Maksudnya, ia pergi meninggalkan kota Mesri dengan segera tanpa memperoleh petunjuk jalan dan bahkan ia tidak mengenal jalan sama sekali. "Maka ia berdoa, 'Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.'"
"Dan ketika Musa menghadap ke jurusan negeri Madyan, ia berdoa, 'Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.' Dan ketika sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, 'Apakah maksud kalian dengan berbuat begitu ?' Kedua wanita itu menjawab, 'Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya.' Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya, kemudian ia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.'" (Al Qashash 21-24)
Allah Subhanahu wa ta'ala menceritakan tentang kepergian Musa 'alaihissalam dari Mesir dalam keadaan takut sembari menoleh ke sana dan ke mari, karena ia takut diketahui oleh kaum Fir'aun, sedang ia sendiri tidak tahu ke mana ia itu menuju dan tidak pula mengerti ke mana ia harus pergi. Yang demikian itu, karena Musa 'alaihissalam belum pernah sama sekali keluar dari negeri Mesir.
"Dan ketika Musa menghadap ke jurusan negeri Madyan, " maksudnya, berjalan menuju ke suatu jalan. "Ia berdoa, 'Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.'" Maksudnya, mudah-mudah jalan ini bisa mengantarkan ke tempat tujuan. Dan itu memang jalan yang benar, di mana

1 komentar: