Maka ketika Musa hendak memegang dengan keras orang yang
menjadi musuh keduanya, musuhnya itu berkata, "Hai Musa, apakah kamu
bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang
manusia ? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat
sewenang-wenang di negeri ini, dan tiada kamu hendak menjadi salah seorang dari
orang-orang yang mengadakan perdamaian.
Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata, "Hai
Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang dirimu untuk
membunuhmu, sebab itu keluarlah dari kota
ini sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu."
Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu
dengan khawatir, dan ia berdoa, "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari
orang-orang yang zhalim itu."
Dan ketika Musa menghadap ke jurusan negeri Madyan, ia
berdoa, "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar." Dan
ketika sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan
(ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita
yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, "Apakah maksud kalian
dengan berbuat begitu ?" Kedua wanita itu menjawab, "Kami tidak dapat
meminumkan ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan
ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya."
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya,
kemudian ia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan
kepadaku." (Al Qashash 18-24)
Allah Subhanahu wa ta 'ala memberitahukan bahwa Musa
'alaihissalam merasa benar-benar takut berada di Mesir, yaitu dari
Fir'aun dan bala tentaranya, karena ia khawatir mereka mengatahui bahwa
pembunuh si Qibthi itu adalah dirinya. Padahal sebenarnya, pembunuhan itu
dilakukan adalah untuk membela orang yang berasal dari Bani Israil tersebut,
sehingga hal itu akan memperkuat perkiraan mereka bahwa Musa memang merupakan
bagian dari mereka, dan pasti hal itu hanya akan mengakibat munculnya
permasalahan yang sangat besar.
Maka pada pagi-pagi buta hari itu, Musa 'alaihissalam berangkat
menuju kota , "Merasa
takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya)," yaitu
sambil menoleh ke sana
ke mari. Nah pada saat itulah orang Israil yang kemarin meminta tolong
kepadanya itu berteriak lagi meminta pertolongan dalam melawan orang yang telah
menyerangnya. Maka Musa 'alaihissalam mencela dan memakinya atas
banyaknya perbuatan jahatnya dan tindakannya membuat keonaran. Maka Musa
berkata kepadanya, "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang
nyata (kesesatannya). " Kemudian ketika orang Qibthi itu, yang
merupakan musuh Musa dan musuh bani Israil, hendak menyerangnya, maka Musa
menahan dan menyelamatkan si Israil itu darinya. Ketika Musa menghadap ke orang
Qibthi itu, maka orang Qibthi itu "Berkata, 'Hai Musa, apakah kamu
bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang
manusia ? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat
sewenang-wenang di negeri ini, dan tiada kamu hendak menjadi salah seorang dari
orang-orang yang mengadakan perdamaian.'"
Sebagian ulama mengatakan, ucapan tersebut dilontarkan oleh
orang Israil yang mengetahui apa yang telah dilakukan Musa kemarin. Seakan-akan
ketika ia menyaksikan Musa menghadap ke arah orang Qibthi itu, orang Israil itu
yakin bahwa Musa akan menyerangnya. Maka ia mengatakan hal tersebut di atas
sembari memberitahukan apa yang telah diperbuat oleh terhadap orang Qibthi
sebelumnya. Kemudian orang Qibthi itu pun pergi. Lalu Fir'aun mencari Musa
untuk membuat perhitungan.
Mungkin juga yang melontarkan ucapan tersebut adalah orang
Qibthi tersebut, di mana ketika ia melihat Musa menghadap ke arahnya, maka ia
merasa takut darinya. la pun melihat adanya sikap dukungan dan pembelaan yang
dimiliki Musa untuk Bani Israil. Lalu dengan menduga-duga, orang Qibthi itu
mengatakan, "Bahwa mungkin ia inilah pembunuh orang Qibthi kemarin."
Atau mungkin saja dari teriakan orang Israil di atas, orang Qibthi itu mengerti
bahwa ia itulah pembunuhnya. Wallahu a 'lam.
Maksudnya, Fir'aun mendengar laporan bahwa Musa 'alaihissalam
adalah pembunuh orang Qibthi kemarin. Lalu ia mengutus beberapa orang untuk
mencarinya. Tetapi mereka didahului oleh seorang pemberi nasihat yang mempunyai
jarak lebih dekat dengan Musa, di mana orang itu berkata kepada Musa, "Hai
Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang dirimu untuk
membunuhmu, sebab itu keluarlah," yaitu dari kota ini. "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang memberi nasihat kepadamu." Yaitu atas apa yang telah
kukatakan kepadamu.
Allah Azza wa Jalla berfirman, "Maka
keluarlah Musa dari kota
itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, " Maksudnya, ia
pergi meninggalkan kota
Mesri dengan segera tanpa memperoleh petunjuk jalan dan bahkan ia tidak
mengenal jalan sama sekali. "Maka ia berdoa, 'Ya Tuhanku, selamatkanlah
aku dari orang-orang yang zalim itu.'"
"Dan ketika Musa menghadap ke jurusan negeri Madyan,
ia berdoa, 'Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.' Dan ketika
sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang
sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu,
dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, 'Apakah
maksud kalian dengan berbuat begitu ?' Kedua wanita itu menjawab, 'Kami tidak
dapat meminumkan ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan
ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya.' Maka
Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya, kemudian ia kembali ke
tempat yang teduh lalu berdoa, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan
sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.'" (Al Qashash 21-24)
Allah Subhanahu wa ta'ala menceritakan tentang
kepergian Musa 'alaihissalam dari Mesir dalam keadaan takut sembari
menoleh ke sana
dan ke mari, karena ia takut diketahui oleh kaum Fir'aun, sedang ia sendiri
tidak tahu ke mana ia itu menuju dan tidak pula mengerti ke mana ia harus
pergi. Yang demikian itu, karena Musa 'alaihissalam belum pernah sama
sekali keluar dari negeri Mesir.
"Dan ketika Musa menghadap ke jurusan negeri Madyan,
" maksudnya, berjalan menuju ke suatu
jalan. "Ia berdoa, 'Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang
benar.'" Maksudnya, mudah-mudah jalan ini bisa mengantarkan ke tempat
tujuan. Dan itu memang jalan yang benar, di mana
Panjang
BalasHapus